BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
diantara shalat-shalat
sunnah yang di cintai oleh AllahTa’ala ada satu shalat yang sangat dianjurkan oleh
Allah Ta’ala dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwasallamyaitu Qiyamul lail atau
shalat tahajjud sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman:
“Dan pada sebahagian
malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.(QS:Al isra’ 79)[1]
Dan juga firman Allah dalam surat Al muzzammil ayat 1-2:
“wahai orang yang berselimut(muhammad),bangunlah (untuk shalat)”(QS.Al-muzzammil 1-2)[2]
Dan sebagaimana sabda Rasulullah
Shalallahu ‘alaihiwasallamdari Abu hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
“dan shalat yang
paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”(HR.Muslim)[3]
Shalat malam juga tidak pernah di tinggalkan oleh
Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam selama hidupnya sampai rasulullah pernah
shalat tahajjud hingga kaki beliau bengkak,mengapa beliau melakukan hal ini padahal dosa beliau
telah diampuni, beliau adalah orang yang ma’shum(terbebas dari dosa) dan juga
seperti kisah seorang sahabat yang bernama Abbad bin bisyir suatu hari setelah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwasallam usai perang Dzaturriqa’, kaum muslimin
turun di suatu tempat untuk beristirahat. Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam
memilih sekelompok sahabat untuk menjadi penjaga, yang mana diantara mereka
terdapat Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir. Abbad meminta kepada Ammar agar
tidur dan beristirahat di awal malam sedangkan dia akan menjaganya, dikeheningan
malam ditengah padang pasir, Abbad berdiri melakukan shalat. Disaat Abbad
terbenam dalam bacaan Qur’annya dan merasalkan kelezatan bermunajat di hadapan
Allah, tiba-tiba musuh datang dengan melemparkan anak panah di tubuhnya.Maka,
Abbad mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya kemudian melanjutkan
shalatnya. Musuh melepaskan anak panah lagi hingga menancap ditubuhnya. Abbad
pun mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya dan dia terus melanjutkan
shalatnya, kemudian dia ruku’ dan sujud.Setelah usai, shalat dia mengulurkan
tangan membangunkan temannya.Ammar melihat darah mengucur di tubuh
temannya.Maka, Ammar berkata kepada Abbad, “mengapa kamu tidak membangunkan aku
disaat kamu tertusuk anak panah yang pertama kali?” Abbad menjawab, ” ditengah
Shalat aku sedang membaca ayat al-Qur’an dan aku tidak suka memotongnya.
Jikalau bukan karena perintahmu untuk menjaga daerah ini maka aku lebih memilih
mati jika aku harus memotong ayat al-Qur’an yang aku baca di saat shalat”[4]
Selain kisah diatas kita juga telah
mengetahui bahwa sang penakluk konstantinopel Sultan Muhammad Al-fatih tidak
pernah meninggalkan shalat tahajjud seumur hidupnya dan dia memiliki sekitar
100 pasukan khusus yang juga tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud yang
mana pasukan inilah yang menjadi pasukan inti dalam operasi penaklukan
konstantinopel. pasukan inilah yang tidak mundur ketika pasukan lain mundur dan
pasukan inilah yang pertama kali membuka gerbang konstantinopel.
Dari kisah-kisah diatas mungkin
kita bertanya-tanya apa yang membuat Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam shalat
malam hingga kaki beliau bengkak,apa yang dirasakan oleh Abbad bin Bisyir
ketika dipanah dia malah melanjutkan shalat malamnya dan apa yang dipikirkan
oleh Muhammad Al-fatih bersama pasukan intinya yang mendapat predikat dari
Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam sebagai sebaik-baik pasukan. maka dari
beberapa hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang keutamaan-keutamaan
shalat tahajjud.
B.
Perumusan
Masalah dan Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas,
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian tahajjud.
2. Keutamaan shalat
tahajjud.
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dari rumusan dan pembatasan masalah
peneliti dapat mengemukakan tujuan dan kegunaan dari penelitian ini antara
lain:
1. Mengetahui pengertian
tahajjud.
2. Mengetahui keutamaan
tahajjud.
Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna
untuk:
1. bagi
peneliti
a. memberikan manfaat
kepada peneliti sehingga menjadi motivasi
agar lebih semangat dalam beribadah dan berusaha untuk kontinu dalam
mengerjakan qiyamullail/tahajjud
b. menambah keilmuan, keimanan,
wawasan, dan pengetahuan peneliti.
2. bagi lembaga
a. dengan adanya
penelitian ini diharapkan lembaga terkait, khususnnyaponpes islam terpadu
“Darul Mukhlishin” mendapatkan masukan dan informasi baru terkait dengan
fadhilah-fadhilah qiyamullail.
b. agar lembaga terkait
menerapkan dan mengajarkan hal-hal positif dari apa yang saya teliti.
3.Bagi masyarakat
a. dengan adanya penelitian
ini diharapkan masyarakat dapat menegetahui apa itu qiyamullail dan apa apa
saja manfaat maupun keutamaannya.
b. menjadi sarana bagi
masyarakat khususnya generasi muda agar senantiasa menghidupkan malam dengan
shalat tahajjud.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian adalah
penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip
suatu penyelidikan yang sangat cerdik untu menetap kan sesuatu. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif, karena pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kepustakaan, maksudnya adalah peneliti menggali teori teori yang
telah berkembang dalam bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode metode
serta teknik penelitian, baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisis
data yang telah pernah digunakan oleh peneliti peneliti terdahulu, memperoleh
orientasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih, serta menghindari
terjadinya duplikasi duplikasi yang tidak diinginkan.
1. Jenis penelitian
jenis penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah
sumber sumber tertulis seperti buku buku atau kitab kitab yang berkenaan dengan
topik permasalahan sehingga dapat diperoleh data-data yang jelas.
2. Sumber data
Adapun sumber data yang akan dikaji
adalah buku buku yang berkaitan dengan shalat malam baik itu primer maupun
sekunder, fiqih, tafsir, maupun hadits.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data berisi
bagaimana cara peneliti mengumpulkan data dalam penelitian ini,peneliti
menggunakan metode kepustakaan yaitu mengkaji buku atau literatur yang sesuai
dengan tema penelitian. dalam studi pustaka ini
buku atau literature yang digunakan terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. literatur
primer
Adalah sumber sumber yang berkaitan
khusus dengan materi penelitian.Dalam hal ini sumber primer yang digunakan
adalah kitab-kitab tafsir Al-quran seperti tafsir Ibnu katsir dan kitab-kitab
syarah hadits yang ditulis oleh ulama’ ahlussunnah dan kitab-kitab induk
lainnya.
b. literatur
sekunder
adalah sumber-sumber yang digunakan
untuk menunjang proses penyelesaian penelitian ini.diantaranya adalah buku-buku
yang membahas tentang shalat dan keutamaan ibadah malam.
E.
Teknik
analisis data
Setelah data yang dibutuhkan
terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data mentah yang
telah dikumpulkan oleh peneliti tidak aka nada gunanya jika tidak dianalisis. analisis
data merupakan bagian yang amat penting
dalam metode ilmiah, karena dengan analisis lah data tersebut dapat
diberi arti dan maknayang berguna dalam memecah masalah penelitian
Dalam penelitian ini peneliti
menggambarkan secara menyeluruh tentang qiyamullail baik pengertian, tata cara,maupun
keutamaan-keutamaannya.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang urutan penelitian ini, maka peneliti
mencantumkan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I:
PENDAHULUAN
Pada
bab ini dijelaskan seputar latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II:
PEMBAHASAN
Bab
II merupakan inti dari makalah ini yang membahas tentang pengertian tahajjud,
hukum shalat tahajjud, keutamaan-keutamaan tahajjud, manfaat shalat tahajjud
bagi kesehatan, waktu-waktu melaksanakan shalat tahajjud, jumlah rakaat shalat
tahajjud, tata cara shalat tahajjud, dan faktor-faktor yang memudahkan untuk
bangun di sepertiga malam.
BAB III: PENUTUP
Bab
ini merupakan penutup, dengan memberi kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tahajjud
Mengenai pengertian tahajjud,ada
yang mengatakan: ”Hajadar rajul”, jika
dia tidur pada malam hari. ”wa hajada” jika
dia shalat pada malam hari. Sedangkan al-mutahajjid
adalah orang yang bangun tidur untuk
mengerjakan shalat.[5]
B.
Hukum
Shalat Tahajjud
Hukum shalat tahajjud adalah sunnnah mu’akkadah. Hal ini ditetapkan
melalui al-Qur’an, as-Sunnah, maupun ijma’ ulama. Allah Ta’ala berfirman dalam
rangka menyifati hamba-hamba rabb yang maha pengasih:
“Dan orang-orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka”(QS.Al-furqan:64)[6]
Allah Ta’ala berfirman berkenaan
dengan orang-orang yang beriman dengan sempurna:
“Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya,sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan
harap,danmereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada
mereka.Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka
yaitu(bermacam-macam nikmat)yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan” (QS.As-sajdah:16-17)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda tentang
keutamaan shalat tahajjud:
“sebaik-baik puasa setelah ramadhan adalah
bulan Allah, Muharram,dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat
malam”(HR.Muslim)[7]
Semua
kaum muslimin juga telah ber ijma’ bahwa hukum shalat tahajjud adalah sunnah muakkadah atau sunnah yang di tekankan.
C.
Keutamaan shalat tahajjud
Adapun
keutamaan shalat tahajjud sangatlah besar,hal itu didasarkan beberapa hal
berikut:
1. Perhatian besar Nabi Shalallahu
‘alaihiwasallam terhadap tahajjud sehingga kedua kaki beliau bengkak.
Beliau Shalallahu
‘alaihiwasallam senantiasa bersungguh-sungguh dan berusaha keras untuk
melakukan tahajjud seperti dalam suatu hadits dari Aisyah Radhiyallahu ’anha:
”bahwa Nabi
shallallahu alaihi wasallam pernah melakukan qiyamullail sampai kedua kakinya
bengkak.lalu aisyah bertanyamengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah,padahal
Allah telah memberikan ampunan kepadamu atas dosa-dosamu yang telah berlalu
maupun yang akan datang?’Belia menjawab’Apakah tidak boleh jika aku ingin
menjadi seorang hamba yang bersyukur ?’”(HR.Muttafaq
alaihi)[8]
Dari hadits diatas
dapat dipahami bahwa Nabi Shallallahu
alaihi wasallam memberi
perhatian yang amat besar kepada ibadah ini dan Nabi sangat bersemangat didalam
melaksanakannya sehingga kaki beliau bengkak karena lamanya beliau shalat
padahal Rasulullah telah dijamin oleh Allah untuk masuk surga. Maka bagaimana
dengan kita yang tidak dijamin masuk surga seharusnya kita juga bersemangat
sebagaimana semangat Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Demikian indah ungkapan salah
seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika dia mengungkapkan:
“Diantara kami terdapat Rasulullah yang
membacakan kitab-Nya, Jika fajar terbelah dan terbit.beliau tidak tidur dengan
menjauhkan punggungnya dari tempat tidur, pada saat dimana berbaring telah membuat orang-orang kafir malas bangun”
2.
Shalat
malam merupakan salah satu penyebab masuk surga
Banyak sekali amalan yang dapat
menghantarkan orang untuk masuk surga dan salah satu cara yang paling
mudah adalah shalat malam. Hal ini
didasari oleh hadits dibawah ini:
Dari Abdullah bin salam
Radhiyallahu ‘anhu dia pernah bercerita “ketika Nabi shallalahu ’alaihi
wasallam tiba di madinah, orang-orang berduyun duyun mendatanginya.
dikatakan: ‘Rasulullah datang,
Rasulullah datang’ sebanyak tiga kali, kemudian aku menuju kerumunan orang
untuk melihat. setelah melihat wajahnya, aku baru megetahui bahwa wajah beliau
tidak seperti wajah pendusta, kata yang pertama kali aku dengar beliau
sampaikan adalah:
“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah
salam, berikanlah makan, sambunglah tali silaturrahmi, dan kerjakanlah shalat
pada malam hari ketika orang-orang terlelap tidur, niscaya kalian akan masuk
surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah)
Dari hadits di
atas dapat disimpulkan bahwa shalat tahajjud adalah salah satu amalan yang dapat mengantarkan pelakunya menuju surga
nan indah di akhirat kelak.
3.
Tahajjud
merupakan salah satu penyebab ditinggikannya derajat di bilik-bilik surga
Tahajjud dapat menjadi penyebab
ditinggikannya derajat seseorang di bilik-bilik surga. Hal ini disandarkan
kepada hadits Abu malik al-asy’ari Radhiyallahu ‘anhu berkata:
”sesungguhnya di surga itu terdapat bilik-bilik
yang bagian luarnya bisa terlihat dari bagian dalamnya,dan bagian dalamnya bisa
terlihat dari bagian luarnya, yang disiapkan oleh oleh Allah Ta’ala bagi
orang-orang yang memberi makan,melembutkan ucapan,aktif mengerjakan
puasa(sunnah),menyebarluaskan salam,serta mengerjakan shalat pada malam hari
ketika orang-orang terlelap tidur.”‘(HR.
Ahmad, Ibnu Hibban, At-tirmidzi)[9]
Ruangan yang diberikan oleh Allah Ta’ala
kepada orang yang mengamalkan hadits diatas tentu sangatlah indah dan megah, bukan
seperti yang kita bayangkan bahwa ruang tersebut hanya ruang transparan yang
dindingnya terbuat dari kaca, sedangkan surga tidaklah seseorangpun bisa
membayangkan dan menggambarkan keindahanya dan Allah Ta’ala memberikan ruangan
tersebut dikarenakan tingginya derajat orang yang melakukan shalat tahajjud
disisi Allah Ta’ala.
4. Orang-orang yang
senantiasa melakukan tahajjud berharap mendapatkan rahmat Allah Ta’ala dan
surga-Nya.
Bisa dipastikan bahwa orang yang
melaksanakan tahajjud dengan ikhlas karena Allah serta konsisten dalam
mengerjakannya hanya orang yang mengharapkan rahmat dan ridho dari Rabb semesta
alam yang mana Hal ini didasarkan oleh firman Allah Ta’ala:
“Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam.dan diakhir–akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah)”(QS.Adz-dzaariyaat:17-18)[10]
Orang yang malamnya dilalui dengan
dzikir, shalat, dan memohon ampun kepada Allah disebabkan karena mereka ingin
mengharap rahmat Allah Ta’ala. karena Allah memasukkan seseorang kesurga bukan
karena amal baiknya tetapi dengan rahmat-Nya dan cara untuk meraih rahmat Allah
adalah mengerjakan amalan yang dicintai-Nya dan menjauhi hal-hal yang
diharamkan-Nya dan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah
shalat diwaktu orang tertidur lelap dan Allah Ta’ala turun ke langit dunia
untuk membagikan rezeki serta mengabulkan segala permohonan hamba-Nya.
5. Allah Ta’ala memuji
orang-orang yang tekun melakukan tahajjud
Allah Ta’ala
memuji orang-orang yang tekun melakukan tahajjud dan mengategorikannya ke dalam golongan hamba-Nya
yang selalu berbuat kebaikan dia
berfirman:
“dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka”(QS.Al-furqaan:64)[11]
Maksud dari “orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka” adalah orang yang melaksanakan
shalat malam untuk beribadah dan mengharap rahmat dan ridho-Nya.
6. Allah Ta’ala juga
memberikan kesaksian untuk mereka atas keimanan mereka yang sempurna
Allah Ta’ala berfirman dalam
surat As-sajdah ayat 15-16 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dengan ayat-ayat kami,adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan
Rabbnya ayat-ayat (Kami),mereka menyungkur sujud dandan bertasbih serta memuji
Rabbnya,sedang mereka tidak menyombongkan diri.lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya,sedang mereka berdo’a kepada Rabbnyadenagn rasa takut dan harap,dan
mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”(QS. As-sajdah: 15-16)[12]
7. Allah Ta’ala tidak
menyamakan mereka dengan orang yang tidak memiliki sifat seperti mereka
Hal ini berdasarkan firman AllahTa’ala
dalam surat az-zumar yang artinya:
“Apakah kamu hai orang
musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yangberakallah yang dapat menerima pelajaran”(QS:
Az-Zumar Ayat: 9)[13]
8. Tahajjud dapat menghapuskan berbagai keburukan
dan mencegah perbuatan dosa
Membiasakan shalat tahajjud dengan
ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah Ta’ala dengan izin Allah Ta’ala dapat
menghapus berbagai keburukan dan mencegah perbuatan dosa. Hal tersebut
didasarkan pada hadits Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda:
“Hendaklah kalian membiasakan qiyamul lail
sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian dan juga
sebagai sarana pendekatan kepada Rabb kalian,sekaligus penghapus dosa dan
pencegah perbuatan dosa”(HR. At-tirmidzi,Al-hakim,dan
Al-baihaqi)[14]
Dari hadits ini juga dapat
diketahui bahwa shalat tahajjud adalah kebiasaan orang-orang shalih
sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihiwasallam sebagai Nabi dan Rasul.
9.
Tahajjud
merupakan shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu.
Tahajjud merupakan shalat yang
paling afdhal setelah shalat fardhu berdasarkan hadits:Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam
pernah ditanya: “Sholat apakah yang paling utama setelah sholat fardhu (yang
lima waktu, pent) ?” beliau menjawab: “Sholat yang paling utama
setelah sholat fardhu adalah sholat (sunnah) di tengah malam (sholat Tahajjud)”.(Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan
Muslim).[15]
10. Kemuliaan
orang mu'min itu terdapat di shalat tahajjud
Kemuliaan
orang mu’min terdapat pada shalat tahajjud dapat diketahui dari hadits yang
diriwayatkan oleh sahal bin muadz Radhiyallahu ‘anhu dia bercerita:
”Jibril
pernah datang kepada Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam seraya berkata “hai Muhammad, hiduplah sesukamu,karena
sesungguhnya engkau akan mati, cintailah sesuka hatimu, karena engkau pasti
akan berpisah dengannya,berbuatlah sesuka hatimu karena sesungguhnya akan
mendapat balasan karenanya,’lebih lanjut jibril berkata: Hai Muhammad, kemuliaan
orang mukmin itu adalah qiyamul lail, dan kehormatannya adalah
ketidakbutuhannya pada orang lain” (HR.
Al-hakim)[16]
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa kemuliaan seorang
muslim itu adalah jika dia melaksanakan shalat tahajjjud. hal ini disebabkan
karena orang mu’min yang mendirikan qiyamul lail/shalat tahajjud dengan ikhlas
ingin mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam dan Allah Ta’ala akan
menjadikan mereka mulia disisi-Nya jika seorang hamba mulia disisi Allah Ta’ala
maka tidak ada lagi kemuliaan selain itu.
11.
Tahajjud
menjadikan pelakunya terhormat
Tahajjud dapat menyebabkan
pelakunya terhormatdan Ini disebabkan karena keagungan melaksanakan shalat
tahajjud, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdulah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma dia bercerita:
”Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:’Hanya dua hal yang patut
diirikan,yaitu:seseorang yang diberikan menghafal al-qur’an oleh Allah kemudian
dia membacanya ditengah malam dan siang hari,dan iri terhadap seseorang yang
dikaruniai harta oleh Allah lalu dia menafkahkannya di tengah malam dan siang
hari’”(HR.Muslim)[17]
Juga pada haditsAbdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu,dia bercerita:
”Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:’Hanya dua hal yang patut
diirikan,yaitu iri terhadap seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu
harta itu di habiskan dalam kebenaran dan seseorang yang diberi hikmah oleh
Allah,dia mengambil keputusan dengannya dan juga mengajarkannya’”(HR.Muttafaq
‘alaih)[18]
Dari hadits-hadits diatas dapat
diketahui bahwa iri hanya diperbolehkan terhadap dua hal dan salah satunya
adalah orang yang menghafal al-quran dan dia senantiasa membacanya pada malam
dan siang,dia membacanya pada shalat tahajjud,dan dia membaca al-quran untuk
mendekatkan diri kepada Allah jika seseorang yang dekat dengan raja atau
presiden saja dianggap muliamaka bagaimana dengan orang yang dekat dengan yang
maha kuat lagi maha perkasa,yang menciptakan dan memiliki langit dan bumi
beserta apa yang ada didalamnya sudah pasti dia adalah orang yang terhormat dan
jauh lebih terhormat daripada orang yang dekat dan menjilat penguasa.
12. Bacaan al-Qur’an dalam
shalat tahajjud merupakan ghanimah yang besar.
Hal tersebut didasarkan pada hadits
Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma,dia bercerita:
”Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
’Barang siapa yang membaca sepuluh ayat
maka dia tidak ditetapkan sebagai orang yang lalai. Barang siapa yang membaca
seratus ayat maka dia ditetapkan sebagai orang yang tunduk .Barang siapa yang
membaca seribu ayat maka dia termasuk orang yang mendapatkan berlimpah-limpah
pahala.’”(HR. Abu daud dan Ibnu
khuzaimah)[19]
Dari Abu hurairah radhiyallahu
anhu, dia berkata:
”RasulullahShallallahu ‘alaihiwasallam bersabda:’Tidakkah salah seorang diantara kalian
ingin jika kembali kepada keluarganya dan mendapatkan tiga ekor unta yang besar
lagi gemuk? ’ya’, jawab kami. Beliau bersabda:’Tiga ayat yang dibaca oleh salah
seorang darikalian dalam shalatnya lebih baik baginya daripada tiga ekor unta
yang bunting,besar dan gemuk.’(HR.Muslim)[20]
Dari hadits diatas dapat diketahui
bahwa ayat-ayat yang dibaca seorang hamba dalam shalat malam sangat berharga
bahkan tiga ayat saja lebih berharga dari tiga ekor unta yang gemuk.hadits ini
juga menunjukkan sunnahnya memperbanyak bacaan ayat al-qur’an pada shalat
tahajjud.
13. Sepertiga
malam terakhir adalah waktu
dikabulkannya doa.
Pada sepertiga malam terakhir Allah
Ta’ala akan turun ke langit dunia dan akan mengabulkan setiap do'a yang
dipanjatkan oleh hamba-Nya sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam:
"Allah
turun kelangit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir.lalu Allah
berfirman 'siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan,siapa yang meminta
kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yamng meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku
ampuni.'Demikianlah keadaannya setiap malam"(HR.Bukhari
& Muslim)[21]
Berdo'a di sepertiga malam terakhir
sangat layak jika didahului dengan tahajjud karena salah satu waktu
dikabulkannya doa adalah setelah melaksanakan shalat.maka dapat disimpulkan
bahwa shalat tahajjud dan berdoa pada sepertiga malam terakhir adalah salah
satu waktu yang paling baik untuk berdoa.
D. Manfaat Shalat Tahajjud bagi Kesehatan
Ditinjau dari segi medis, shalat memiliki manfaat yang
sangat banyak. Jika dilakukan secara
kontinu sholat menumbuhkan respons
ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan
limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat
mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi
seseorang.
Ikhlas juga dapat berdampak positif bagi tubuh seperti
yang diungkapkan oleh Muhammad sholeh dalam desertasinya yang berjudul "Pengaruh
Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh
Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi": "Pada kondisi
normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690
nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara
69-345 nmol/liter.Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan
orang itu tidak ikhlas karena tertekan Begitu sebaliknya".[22]
Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian
terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah,
Surabaya.Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat
tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang
bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30
sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat.
Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya
(paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang
yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak
melakukan tahajjud.Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan
tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi
dengan stabil.mungkin hal inilah yang yang dirasakan oleh Muhammad Al-fatih
beserta pasukan intinya karena mereka rutin dan ikhlas melaksanakan shalat
tahajjud Allah memberikan kepada mereka ketahanan tubuh yang prima dan kemampuan
individual yang bagus untuk menghadapi berbagai masalah dalam penaklukan
konstantinopel.
Menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali
terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan
secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki
respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit
infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat
tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh
yang baik sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit.
E.
Waktu Melaksanakah Shalat Tahajjud
Waktu paling utama untuk melaksanakan shalat tahajjud
adalah pada sepertiga malam terakhir. sebab Allah turun ke langit dunia pada
waktu tersebut. sebagaimana diriwayatkan oleh Abu hurairah dalam kitab shahihn
bukhari dan muslim.
Disebutkan dalam
shahih muslim dari jalur Hafshah dan
Abu mu’awiyah, dari a’masy, dari Abu sufyan, dari jabir, dia berkata Rasulullah
Shallallahu alaihiwasallam bersabda:
“barang siapa yang khawatir tidak dapat melaksanakan shalat lail
pada akhir malam maka hendaklah ia berwitir pada awalnya.dan barang siapa yang
merasa yakin dapat melaksanakannya baginya shalat witir pada akhir malam.karena
sesungguhnya shalat pada akhir malam disaksikan”(HR.Muslim)[23]
Sedang Abu
mu’awiyah mengatakan: ”dihadiri”
Maka barang siapa lebih suka mengerjakan shalat malam
pada awal maupun pertengahan malam, hal tersebut tidaklah terlarang karena hal
itu adalah kebaikan. Tetapi paling utama jika dilaksanakan pada akhir malam. Sesuai
amalan Rasullah Shallallahu alaihi wasallam secara kontinyu. disebutkan dalam
shahih Bukhari dan Muslim dari Aisyah dia berkata:
”setiap malam Rasulullah mengerjakan witir yang berakhir pada waktu
sahur”(HR.
Bukhari dan Muslim)[24]
Dalam riwayat Muslim
dari Aisyah dia berkata:
”setiap malam Rasulullah mengerjakan witir
pada awal malam, pada pertengahan malam dan pada akhir malam dan witirnya
selesai pada waktu sahur”(HR.
Muslim)[25]
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa waktu pelaksanaan
shalat malam dan shalat witir adalah sesudah isya’. sekalipun shalat isya’
dijamak taqdim dengah shalat maghrib ataupun dijamak ta’khir pada pertengahan
malam. adapun shalat malam dan shalat witir sebelum isya’, itu tidak sah
menurut pendapat yang rajih.
Mengenai pembagian sepertiga malam dimulai pukul 19:00
sampai pukul 22:00, sepertiga malam yang kedua mulai dari pukul 22:00 sampai
dengan 01:00 dan sepertiga malam yang terakhir muali dari pukul 01:00 sampai
dengan waktu subuh.[26]
Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwasallam pernah tidak
melaksanakan shalat tahajjud pada malam hari dikarenakan beliau salallahu
‘alaihiwasallam ketiduran dan beliau shalallahu ‘alaihiwasallam
melaksanankannya di siang hari sebagaimana hadits:
“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata: Apabila Rasulullah ketiduran
atau kurang sehat untuk melaksanankan shalat lail. Maka beliau shalat pada
siang hari dengan duabelas rakaat”(HR. Muslim)[27]
Tetapi, melaksanakan shalat tahajjud pada siang hari
karena tertinggal dimalam harinya hanya di khususkan kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihiwasallam saja dikarenakan shalat malam hukumnya wajib bagi
beliau shallahu ‘alaihiwasallam dan sunnah muakkadah bagi umatnya
F.
Jumlah Rakaat ShalatTahajjud
Dalam sebuah riwayat
disebutkan bahwa Rasulullah tidak pernah melaksanakan shalat lail lebih dari
sebelas rakaat baik pada bulan ramadhan atau di bulan lainnya sebagaimana
disebutkan dalam shahih bukhari,muslim maupun kitab hadits lainnya.
Dari jalur Malik dari Said bin Abu said al-maqbari, dari
Abu salamah bin Abdurrahman: sesungguhnya dia(Abu salamah) memberitahukan
kepada Abu said,ia bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu ‘anha bagaimana
Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasallam mengerjakan shalat lail? Aisyah menjawab:
”Rasulullah tidak pernah melaksanakan shalat lail lebih dari sebelas rakaat.Baik
di bulan ramadhan ataupun di bulan lainnya. Beliau shalat empat rakaat jangan
tanyakan bagus serta panjangnya shalat beliau,kemudian beliau shalat tiga
rakaat”.(HR. Bukhari dan muslim)[28]
Sebagian ulama
berpendapat bolehnya menambah shalat lail lebih dari sebelas rakaat. barang
siapa yang mengerjakan shalat lail dua puluh rakaat atau duapuluh tiga rakaat
atau lebih dari itu sah saja. niscaya dia tetap mendapat pahala.Al-imam Ibnu
Abdil Barr menyebutkan adanya ijma’ ulama dalm masalah ini.Beliau berkata:
”Ulama
telah sepakat tentang tidak adanya batasan dalam jumlah rakaat ataupun lama
dalam pelaksanaan shalat lail.ia termasuk ibadah nafilah, barang siapa yang
ingin memperlama pelaksanaanya dengan jumlah rakaat yang sedikit ataupun
memperbanyak rukuk dan sujud di dalamnya,maka hal itu tergantung padanya.”[29]
Tetapi memilih pendapat yang
rajih dan mengerjakan yang lebih utama merupakan tuntutan syar’i. sebagaimana
telah terang tuntunan Rasulullahshalallahu
‘alaihiwasallam secara kontinyu hingga akhir hayat beliau.lalu diikuti oleh
para sahabat yaitu mengerjakan shalat lail sebelas rakaat di bulan Ramadhan
ataupun di bulan lainnya.
Dan tidaklah benar
jika terdapat salah seorang sahabat yang membedakan jumlah rakaat shalat lail
pada awal dan akhir bulan ramadhan seperti kebiasaan sebagian masyarakat
sekarang. Para sahabat mengerjakan shalat lail dengan sebelas rakaat sepanjang
hidup mereka.Bahkan di penghujung bulan ramadhan mereka semakin giat
meningkatkan kualitas shalatnya bukan kuantitasnya.
G.
Tata Cara Shalat Tahajjud
Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad serta sebagian
ulama salaf berpendapat shalat tahajjud terdiri dari dua-dua rakaat kecuali
shalat witir. Namun mereka berselisih dalam menetapkan apakah itu wajib atau
sunnah.dalam hal ini mereka berpegang pada riwayat yang terdapat dalam kitab
shahih Bukhari dan Muslim, juga selain mereka dari jalur Malik dari Nafi dan
Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah tentang shalat lail. Beliau lalu bersabda:
“shalat lail itu dua-dua rakaat, apabila salah seorang dari kamu
khawatir akan masuknya waktu subuh, hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai
witirnya”.(HR.
Bukhari dan muslim)[30]
Adapun lafadz”matsna-matsna” merupakan defenitif dari
“itsnain-itsnain” yang berarti “dua-dua”. Maksudnya adalah “salam pada tiap dua
rakaat” ada yang menyunnahkan danada juga yang mewajibkan.
Dalam al-mubdi’
disebutkan: menurut ibnu syihab dan syaikh sulaiman bin nashir al-ulwan,jika
lebih dari itu maka hal itu tidak benar. Imam Ahmad berkata: ”Hendaklah bagi
orang yang berdiri pada rakaat ketiga dalam shalat lail untuk kembali duduk
sekalipun ia telah memulai bacaannya. karena seharusnya dia salam pada rakaat
kedua.dan hal itu mutlak berdasarkan hadits.”
Masih dari beliau bahwa hal
tersebut sah namun makruh. juga disebutkan oleh segolongan ulama yang merupakan
pendapat masyhur, bahwa sama saja apakah dia apakah dia mengetahui jumlah
rakaatnya ataupun lupa. Dari riwayat Ahmad yang lain ia tidaklah makruh, dan
ini adalah madzhab Abu hanifah. Ia berkata:”apabila
engkau menginginkan dua rakaat ataupun empat rakaat atau enam atau delapan rakaat serta tidak
salam kecuali pada akhirnya”
Mengerjakan empat rakaat
dalam satu salam lebih utama menurut madzhab Abu Hanifah. Dalam hadits Aisyah
pada Shahih Bukhari dan Muslim, ketika Abu Salamah bin Abdirrahman bertanya
kepadanya mengenai cara shalat lail Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah menjawab:
“Rasulullah shalat empat rakaat jangan tanyakan lama dan bagusnya
shalat beliau.Kemudian shalat empat rakaat jangan tanyakan lama dan bagusnya
shalat beliau.Lalu beliau shalat tiga rakaat.”(HR. Bukhari dan Muslim)[31]
Hadits ini bersifat umum.
Tidak dijelaskan secara detail apakah Nabi Shallallahu ‘alaihiwasallam shalat
empat rakaat dengan satu salam. Ada beberapa kemungkinan namun beliau tetap
lebih mengutamakan empat rakaat dengan satu salam sesuai zhahirnya hadits.
Hingga terdapat lafadz yang jelas mengeluarkannya dari pengrtian tersebut.
Adapun hadits Ibnu
Umar (shalat tahajjud dua-dua rakaat) tidak mengindikasikan salam pada tiap dua
rakaat. Begitu pula lafadz hadits tidak mendukung pengertian tersebut.makna
hadits lebih cenderung kepada sunnah. Serta amalan itulah yang banyak
dikerjakan.dan terkadang hadits-hadits yang lain juga member peringatan yang
sama. Adapun ibadah-ibadah yang mempunyai sumber periwayatan yang
berbeda-hendaknya diamalkan semua. Demikianlah sikap yang paling utama daripada
mengkhususkan satu sumber serta menyampingkan sumber-sumber yang lain.
Sikap menerima
keduanya adalah petunjuk RasulullahShalallahu alaihi wasallam. Mengerjakan ibadah hanya dari satu
sumber secara kontinyu sebagai bentuk menjaga kemaslahatan serta mencegah
hal-hal yang merusak. Pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi. sebagaimana
hal yang rendahan terkadang menjadi utama,tergantung atas kemaslahatan yang
ada. Ini berlaku bagi semua ibadah yang sifatnya tidak berbeda dengan masalah
ini substansi dari semua pendapat adalah menjaga kemaslahatan serta menghindari
kemudharatan.Hal ini berbeda tergantung pada perbedaan situasi,tempat,dan
individu.
Selanjutnya apakah
harus tasyahud tiap dua rakaat,atau
empat rakaat dengan sekali tasyahhud tidak ditemukan satu dalilpun untuk
menetapkan salah satunya. Namun selayaknya kita memilih salah satunya.WalLahu a’lam
H.
Ayat-ayat yang dibaca Saat Shalat Tahajjud.
Orang yang melaksanakan
shalat tahajjud boleh membaca satu juz al-Qur’an atau lebih, boleh juga kurang
dari satu juz sesuai kemampuan dan kemudahan yang dimiliki dengan memperhatikan
apa yang dibacanya. Beberapa hadits telah menunjukkan semua hal tersebut.
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu dia bercerita: “pada suatu malam
aku pernah mengerjakan shalat bersama Nabi shalallahu ‘alaihiwasallam lalu
beliau membuka shalat dengan membaca surat al-Baqarah. Lalu kukatakan “Beliau
akan ruku’ pada ayat keseratus” kemudian beliau melanjutkan terus bacaannya. Selanjutnya
kukatakan “Beliau akan membaca surat al-Baqarah ini dalam satu rakaat”
beliaupun terus melanjutkanya. Lalu kukatakan “Beliau akan ruku’ dengan bacaan
surat al-baqarah penuh”. Kemudia beliau membuka surat an-Nisa’ dan membacanya,
selanjutnya membuka surat Ali ‘Imran dan membacanya. Beliau membacanya secara
pelan. Jika melalui ayat tasbih Beliau bertasbih, jika melewati ayat
permohonan, Beliau memohon dan jika melalui ayat ta’awwudz, Beliau akan
berta’awwudz” (HR.Muslim)[32]
“Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, dia pernah melihat Rasulullah
shalallahu 'alaihiwasallam mengerjakan shalat pada malam hari. Beliau
mengerjakan empat rakaat yang didalamnya Beliau membaca surat al-Baqarah, Ali
‘Imran, an-Nisa’, al-ma’idah, dan al-An’aam.” (HR. Abu Dawud. Dan dinilai shahih oleh al-Albani)[33]
Tetapi, Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwasallam pernah
shalat tahajjud dan Beliau shalallahu ‘alaihiwasallam hanya membaca satu ayat
saja yaitu surat al-Ma’idah ayat: 118 sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu dalam kitab “iqaamatus
shalah was sunnah fiihaa”karangan Ibnu Majah.
Dapat diambil kesimpulan bahwa beragamnya bacaan di
dalam shalat tahajjud sesuai yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala dan ketebalan iman
pelaksananya.
I.
Faktor yang Memudahkan Untuk Bangun di Sepertiga Malam Terakhir
Salah satu kendala bagi orang yang hendak melaksanakan tahajjud
adalah susahnya untuk bangun pada malam hari.Untuk itu,penulis merasa perlu
untuk meneliti dan menjelaskan beberapa faktor yang dapat membantu untuk bangun
pada malam hari.berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat membantu untuk
bangun pada malam hari:
1. Keinginan yang kuat
Bila ingin shalat malam (shalat lail), tumbuhkan keinginan yang kuat
(niat) dari dalam diri untuk bangun, sebelum menuju pembaringan.Peliharalah
niat itu dan kuatkan kembali hingga mata terpejam.Rasulullah shalallahu
‘alaihiwasallam bersabda.
“Barangsiapa yang akan
tidur berniat untuk bangun shalat tahajud, kemudian ketiduran hingga pagi hari,
maka dicatatnya niat itu sebagai satu pahala, sedang tidurnya itu dianggap
sebagai karunia dari Allah yang diberikan padanya.”(HR. An-Nasa’i dan Ibnu
Majah dengan sanad yang shahih)[34]
2. Mengatur Aktivitas di Siang Hari
Apabila banyaknya aktivitas di siang hari membuat Anda malas untuk
bangun di malam hari, hendaknya Anda mengatur atau mengurangi sedemikian rupa
sebagian aktivitas tersebut, sehingga Anda tidak terlalu capai dan tidak malas
untuk bangun malam. Bangunlah semangat Anda untuk bangun malam sebagaimana Anda
bersemangat untuk bekerja agar mendapatkan uang berlimpah.
3. Hindari Makan Terlalu Kenyang Sebelum Tidur
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa perut yang terlalu kenyang sesaat
sebelum tidur membuat Anda sulit bangun. Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihiwasallam, sewaktu makan beliau berupaya untuk berhenti sebelum kenyang.
Sebab, kenyang membuat kondisi hati manusia menjadi keras. Tidak jarang, perut
yang terlalu kenyang bisa menyebabkan seseorang lupa akan Tuhannya. Maka,
aturlah pola makan Anda agar menjadi lebih seimbang.Hal ini tidak merugikan
Anda dan tidak membuat Anda malas bangun di waktu malam untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala.
4.
Pasang Alarm Sebelum Tidur dan Sediakan Air Secukupnya
Berdasarkan kisah seorang lelaki yang mewajibkan diri untuk bangun
malam. Awalnya terasa berat, sampai suatu saat ia menemukan cara yang ampuh.
Cara yang dimaksud adalah memasang alarm sebelum tidur dan menyediakan air yang
dilengkapi sapu tangan, lalu mencelupkan ke dalam air, kemudian sapu tangan itu
diusapkan ke matanya. Begitu air mengenai wajahnya, rasa kantuk itu lenyap.
Dengan segera, ia beranjak dari tempat tidur untuk berwudhu, dan menghadap
Allah Ta’ala seraya bersyukur karena telah diberi kemampuan untuk melawan
kantuk dan godaan setan.
5. Membuat Program Tahajud Bersama
Tips ini mudah diterapkan di lembaga pendidikan islam yang bersistem
asrama atau pesantren. dimana asatidzah dapat membuat peraturan wajib bangun malam
bagi santri dengan cara bergiliran dan didampingi oleh asatidzah, dengan
membuat peraturan ini dapat memudahkan santri dan asatidzah untuk bangun
malam.Selain di asrama tips ini juga dapat diterapkan bagi anda yang sudah
berkeluarga.
6.
Menghindari Maksiat
Menurut Imam Abu Hamid bin Muhammad al Ghazali, menghindari maksiat
termasuk tips agar bisa bangun malam. Maksiat itu bermula dari panca indera
manusia.Melalui panca indera itulah kemudian mengirimkan informasi ke dalam
otak dan menjadi virus ke dalam hati Anda.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tahajjud merupakan ibadah yang hukumnya sunnah muakkadah dan memiliki banyak sekalikeutamaan.tetapi penulis hanya
mencantumkan 13 keutamaan dan diantaranya adalah:perhatian besar Nabi terhadap
tahajjud sehingga kedua kaki beliau bengkak, shalat malam merupakan salah satu
penyebab masuk surga,tahajjud merupakan salah satu penyebab ditinggikannya derajat
di bilik-bilik surga,orang-orang yang senantiasa melakukan tahajjud berharap
mendapatkan rahmat Allah Ta’ala dan surga-Nya, Allah memuji orang-orang yang
tekun melakukan tahajjud, Allah Ta’ala juga memberikan kesaksian untuk mereka
atas keimanan mereka yang sempurna, Allah tidak menyamakan mereka dengan orang
yang tidak memiliki sifat seperti mereka, tahajjud dapat menghapuskan berbagai
keburukan dan mencegah perbuatan dosa, tahajjud merupakan shalat yang paling
afdhal setelah shalat fardhu, Kemuliaan orang mu'min itu terdapat di shalat
tahajjud, Tahajjud menjadikan pelakunya terhormat, Bacaan al-qur’an dalam
shalat tahajjud merupakan ghanimah yang besar,dan sepertiga malam terakhir adalah waktu dikabulkannya doa.
Selain keutamaan-keutamaan tahajjud yang sangat banyak,
Melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas juga dapat menguatkan ketahanan
tubuh meningkat serta meningkatkan kemampuan individual seseorang dalam
menyelesaikan masalah sehingga dapat menghindai pelaku tahajjud dari stress.
Shalat
tahajjud dapt dilakukan kapan saja mulai dari selesai isya, hingga sebelum
waktu shalat subuh tetapi yang paling utama adalah di sepertiga malam terakhir
karena di waktu itu Allah Ta’ala turun ke langit dunia untuk menyaksikan
hamba-hamba-Nya yang beribadah kepada-Nya.
Adabeberapa cara untuk mempermudah bangun pada malam
hari yaitu berniat melaksanakan shalat tahajjud yaitu dengan berniat
melaksanakan shalat tahajjud, membuat peraturan untuk bangun shalat tahajjud
dan masih banyak lagi tips-tips yang dapat mempermudah bangun shalat tahajjud wallahu a’alam.
B.
Saran
Penulis menyarankan kepada lembaga pendidikan islamDarul
Mukhlishin untuk mengajarkan kepada santriwan/wati tentang pentingnya shalat
tahajjud serta memotivasi asatidzah dan santriwan/wati untuk senantiasa
melaksanakan shalat tahajjud dengan memberitrahu mereka tentang
fadhilah-fadhilah shalat tahajjud. Selain itu, penulis juga menyarankan agar
pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki
karya ilmiah ini mungkin hanya ini yang dapat penulis sarankan semoga karya
ilmiah ini bermanfaat dan penulis mohon maaf atas segala kekurangan karya
ilmiah ini semoga Allah Ta’ala selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua amin
[1]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran, hal: 290
[2]Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Syamil
Quran, hal: 574
[3]Dr. Said bin Ali bin Wahf
al-Qathani,Ensiklopedi shalat, Jakarta,
Pustaka imam Syafi’e, 2006, hal: 422
[4] Amru Khalid, Melamar Bidadari dengan Shalat Malam, Jakarta,
Mirqat, 2009, hal: 62
[5]Dr. Said bin Ali bin Wahf
al-Qathani,Ensiklopedi shalat, Jakarta,
Pustaka imam Syafi’e, 2006, hal: 415
[6]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran,hal: 365
[7]Dr. Said bin Ali bin Wahf
al-Qathani, Ensiklopedi shalat, Jakarta,
Pustaka imam Syafi’e, 2006, hal: 422
[8]Ibid, hal: 418
[9]Ibid, hal: 420
[10]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran, hal: 5
[11]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran, hal: 365
[12]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran, hal: 416
[13]Depertemen Agama RI, al-Qur’an
dan Terjemahannya, Bandung, Syamil Quran, hal: 459
[14]Dr. Said bin Ali bin Wahf
al-Qathani, Ensiklopedi shalat, Jakarta,
Pustaka imam Syafi’e, 2006, hal: 421
[15] Ibid, hal: 422
[16] Ibid, hal: 422
[17] Ibid, hal: 423
[18] Ibid, hal: 423
[19] Ibid, hal: 423
[20] Ibid, hal: 424
[21] Ibid, hal: 425
[22]http://parapatiah.blogspot.com/2007/07/manfaat-medis-sholat-tahajud.html
[23]Amru Khalid,Melamar
Bidadari dengan Shalat Malam,
Jakarta, Mirqat, 2009, hal: 104
[24] Ibid, hal: 105
[25] Ibid, hal: 105
[27]Ibid, hal: 106
[28] Ibid, hal: 109
[29] Ibid, hal: 111
[30] Ibid, hal: 113
[31] Ibid, hal: 114
[32]Dr. Said bin Ali bin Wahf
al-Qathani, Ensiklopedi shalat, Jakarta,
Pustaka imam Syafi’e, 2006, hal: 435
[33]Ibid, hal: 435
[34] Suara Hidayatullah, 2000
Komentar
Posting Komentar